HIBRIDISASI ATOM KARBON, NITROGEN DAN
OKSIGEN
I. ATOM KARBON
a. Hibridisasi sp3
Atom larbon memiliki dua orbital (2s dan
2p) untuk membentuk ikatan, artinya jika bereaksi dengan hidrogen maka
akan terbentuk dua ikatan C-H. Faktanya, atom karbon membentuk empat ikatan C-H
dan menghasilkan molekul metana dengan bentuk bangun ruang tetrahedron. Linus Pauling (1931)
menjelaskan secara matematis bagaimana orbital s dan tiga orbital p
berkombinasi atau terhibridisasi
membentuk empat orbital atom yang ekuivalen dengan bentuk tetrahedral.
Orbital yang berbentuk tetrahedral disebut dengan hibridisasi sp3. Angka tiga
menyatakan berapa banyak tipe orbital atom yang berkombinasi, bukan menyatakan
jumlah elektron yang mengisi orbital.
Atom karbon memiliki konfigurasi ground-state
1s2 2s2 2px1 2py1. pada kulit terluar terdapat
dua elektron dalam orbital 2s, dan dua elektron tak perpasangan dalam orbital 2p:
Pada posisi tereksitasi, karbon memiliki empat
elektron tak berpasangan dan dapat membentuk empat ikatan dengan hidrogen.
b. Hibridisasi
sp2
Hibridisasi sp2 terjadi jika satu elektron
tereksitasi ke orbital p. Akibatnya, atom karbon yang terhibridisasi sp2 hanya dapat membentuk tiga ikatan sigma
dan satu ikatan pi. Ikatan pi terjadi sebagai akibat dari tumpang tindih
elektron pada orbital 2p-2p.
Dua
atom karbon sp2 dapat saling membentuk ikatan yang kuat, mereka membentuk
ikatan sigma melalui overlap orbital sp2-sp2. Kombinasi ikatan sigma sp2-sp2 dan
ikatan pi 2p-2p menghasilkan
bentuk ikatan rangkap karbon-karbon. Bentuk bangun ruang dari ikatan atom
karbon yang terhibridisasi sp2 adalah trigonal planar.
c. Hibridisasi sp
Atom
karbon memiliki kemampuan membentuk tiga macam ikatan, yaitu ikatan tunggal,
rangkap dua dan rangkap tiga. Di samping dapat berkombinasi dengan dua atau
tiga orbital p, hibrida orbital 2s
juga dapat berkombinasi dengan satu orbital p.
Orbital
sp memiliki bangun ruang linear dengan sudut ikatan HC- C sebesar 1800 yang
telah terverifikasi dari hasil eksperimental. Panjang ikatan hidrogen-karbon sebesar
1.06A dan panjang ikatan karbon-karbon adalah 1.20 A.
II.
ATOM
NITROGEN
a. Hibridisasi sp3
Ikatan kovalen tidak hanya terbentuk dalam senyawa karbon, tetapi
juga dapat dibentuk oleh atom-atrom lain. Semua ikatan kovalen yang dibentuk
oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan dengan orbital hibrida.
Secara prinsip, pembentukan hibrida sama dengan pada atom karbon. Atom
nitrogmemiliki konfigurasi ground-state: 1s2
2s2 2px1 2py1 2pz1, dan memungkinkan atom nitrogen berikatan dengan tiga atom
hidrogen. Pada hibridisasi sp3, satu orbital sp3 diisi
oleh dua elektron dan tiga orbital sp3 diisi masingmasing satu elektron.
Nitrogen
memiliki tiga elektron tak berpasangan pada orbital hibrid sp3, ketika satu
elektron dalam orbital hibrida tersebut tereksitasi ke orbital p maka terbentuk
hibrida baru, yaitu sp2.
b. Hibridisasi sp2
Nitrogen
memiliki tiga elektron tak berpasangan pada orbital hibrid sp3, ketika satu
elektron dalam orbital hibrida tersebut tereksitasi ke orbital p maka terbentuk
hibrida baru, yaitu sp2. Elektron pada orbital p digunakan untuk membentuk
ikatan pi. Jadi, atom nitrogen yang terhibridisasi sp2 memiliki satu ikatan pi
yang digunakan untuk membentuk ikatan rangkap dua, mirip dengan molekul etena.
c.
Hibridisasi
sp
Apabila
elektron yang tereksitasi ke orbital p ada dua maka nitrogen memiliki kemampuan
membentuk dua ikatan pi atau satu ikatan rangkap tiga (hibridisasi sp).
III. ATOM OKSIGEN
a.
Hidrolisis
sp3
Elektron
pada ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi: 1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1,
dan oksigen merupakan atom divalen. Dengan melihat konfigurasi elektronnya,
dapat diprediksi bahwa oksigen mampu membentuk dua ikatan sigma karena pada
kulit terluarnya terdapat dua elektron tak berpasangan (2py dan 2pz).
b. Hidrolisis sp2
Oksigen
juga dapat terhibridisasi sp2, yaitu dengan mempromosikan satu elektronnya ke
orbital p. Dalam kondisi ini, oksigen hanya memiliki satu ikatan sigma, tetapi juga
memilki satu ikatan pi. Contoh molekul yang memiliki atom oksigen
terhibridisasi sp2 adalah pada senyawa-senyawa karbonil.
GUGUS PENGARAH ORTO, PARA, DAN GUGUS PENGARAH META
1.1 Tempat Substitusi
Suatu
benzena yang sudah tersubstitusi dapat mengalami substitusi kedua dan
menghasilkan disubstitusi benzena. Struktur dari substitusi pertama menentukan
tempat dari substitusi kedua dalam cincin benzena. Misalnya, suatu gugus metil
dalam cincin mengarahkan substitusi yang kan datang terutama ke tempat orto dan
para. Sedangkan suatu gugus nitro dalam cincin benzena mengarahkan substitusi
kedua yang akan datang terutama ke tempat meta. Sifat-sifat fisik dan
reaktivitas cincin benzena sangat dipengaruhi oleh apakah substituen mengurangi
atau menambah kerapatan elektron pada cincin. Mengingat bahwa cicnin aromatik
mempunyai awan elektron di atas dan di bawah bidang cincin dan
elektron-elektron inilah yang mudah diserang oleh elektrofil. Bila sebuah gugus
penarik elektron ditempatkan pada cincin, benzena yang relatif nonpoalar akan
elektronegatif.
Perubahan
ini kemudian mengubah sifat-sifat fisik senyawa, misalnya titik cair dan titik
didih. Setiap gugus yang terikat pada cincin akan mempengaruhi reaktivitas
cincin serta menentukan orientasi substitusi. Bila suatu pereaksi elektrofilik
menyerang cincin aromatik, gugus yang telah terikat pada cincinlah yang akan
menentukan dimana dan bagaimana penyerapan tersebut berlangsung. Substituen
yang sudah ada pada cincin aromatik menentukan posisi yang diambil oleh
substituen baru. Contohnya, nitrasi pada toluena terutama menghasilkan campuran
orto- dan para-nitrotoluena.
Sebaliknya,
nitrasi pada nitrobenzena pada kondisi yang serupa terutama menghasilkan isomer
meta.
Pola
ini juga diikuti oleh substitusi aromatik elektrofilik lain, yakni klorinasi,
bromonasi, sulfonasi, dan seterusnya. Toluena terutama juga menjalani
substitusi orto, para, sementara nitrobenzena menjalani substitusi meta. Secara
umum, gugus terbagi ke dalam salah satu dari dua kategori. Gugus tertentu
tergolong pengarah orto, para, dan yang lainnya ialah pengarah meta.
a. Gugus Pengarah Orto, Para (Aktivator)
Gugus
pada cincin akan mengarahkan substituen yang baru masuk pada posisi orto, para
atau meta sesuai dengan gugus mulanya. Gugus mula tersebut yang disebut sebagai
penentu orientasi. Gugus yang merupakan activator kuat adalah gugus pengarah
orto, para (adisi elektrofilik mengambil tempat pada posisi orto dan para
bergantung pada activator). Orientasi ini terutama disebabkan oleh kemampuan
substituen pengaktif kuat untuk melepaskan elektron (gugus amino dan gugus
hidoksil merupakan gugus activator yang baik).
Pada
reaksi nitrasi pada toluena, dapat dilihat bahwa ion nitronium dapat mneyerang
karbon cincin yang yang posisinya orto, meta, atau para terhadap gugus meta.
Pada
salah satu dari ketiga penyumbang resonansi pada ion benzenonium antar
(intermediet) untuk substitusi orto atau para, muatan positif berada pada
karbon pembawa metil. Penyumbang resonansi itu ialah karbokation tersier dan
lebih stabil daripada penyumbang lainnya, yang merupakan karbokation sekunder.
Sebaliknya, dengan serangan meta, semua penyumbang adalah karbokation sekunder,
muatan positif pada ion benzenonium intermediet tidak pernah bersebelahan
substituen metil. Dengan demikian, gugus metal ialah pengarah orto, para,
karena reaksi ini dapat berlangsung melalui karbokation intermediet yang paling
stabil. Sama halnya, semua gugus alkil adalah orto, para.
Pada
gugus –F, -OH, dan -NH2 memiliki pasangan elektron bebas, pasangan
elektron bebas inilah yang dapat menstabilkan muatan positif di sebelahnya
Baik
dalam serangan orto atau para, salah satu penyumbang pada ion benzenonium
intermediet menempatkan muatan positif pada karbon hidroksil. Pergeseran
pasangan elektron bebas dari oksigen ke karbon positif menyebabkan muatan
positif terdelokalisasi lebih jauh, yaitu ke oksigen. Tidak mungkin ada
struktur seperti ini pada serangan meta. Dengan demikian hidroksil adalah
pengarah orto, para. Pada turunan senyawa aromatik yang lain seperti pada
anilina juga termasuk sebagai activator, yaitu gugus pengarah orto, para. (hal
478 fessenden)
Akibat
stabilisasi resonansi anilina ialah bahwa cincin menjadi negative sebagian dan
sangat menarik bagi elektrofilik yang masuk. Semua posisi orto, meta, dan para
pada cincin anilina teraktifkan terhadap substitusi elektrofilik, namun posisi
orto, para lebih teraktifkan dari pada posisi meta. Struktur resonansi
terpaparkan di atas menunjukkan bahwa posisi-posisi orto dan para mengemban
muatan negative parsial, sedangkan posisi meta tidak.
Gugus
amino dalam anilina mengaktifkan cincin benzena terhadap substitusi sedemikian
jauh sehingga tidak perlu katalis asam Lewis, dan sangat sukar untuk memperoleh
monobromoanilina. Anilina beraksi dengan cepat membentuk 2,4,6-tribromoanilina
(kedua posisi orto dan posisi para terbrominasikan).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua gugus dengan elektron bebas pada atom yang
melekat pada cincin ialah pengarah orto dan para.
b. Gugus Pengarah Meta
Suatu
pengarah meta mempunyai atom bermuatan positif atau sebagian positif yang
terikat pada cincin benzena. Dalam reaksi nitrobenzena, gugus nitronya tidak
menambah kesetabilan intermedietnya. Malahan intermediet substitusi orto, atau
para dan keadaan transisinya kurang stabil (karena energy yang tinggi), karena
sebuah struktur resonansi mengandung muatan positif pada atom berdekatan. Oleh
karena itu, substitusi terjadi lebih banyak pada tempat meta, sebab keadaan
transisi dan intermediatnya pada tempat yang berdekatan mengandung muatan
positif.
Pada
nitrobenzena, nitrogen memiliki muatan formal +1, sebagaimana ditunjukkan pada
strukturnya. Persamaan untuk pembentukan ion benzenonium intermediet ialah
Salah
satu penyumbang pada hybrid resonansi intermediet untuk substitusi orto atau
para memiliki dua macam positif yang bersebelahan, yaitu susunan yang sangat
tidak diinginkan, sebab muatan yang sama saling tolak-menolak. Tidak ada
intermediet seperti ini pada meta, karena alasan inilah substitusi meta lebih
disukai. Setiap gugus pengarah meta dihubungkan ke cincin aromatik oleh suatu
atom yang merupakan bagian dari ikatan rangkap atau ikatan rangkap tiga, dengan
ujung lainnya ialah atom yan lebih elektronegatif daripada karbon seperti atom
oksigen dan nitrogen. Dalam hal ini, atom yang langsung melekat pada cincin
benzena akan membawa muatan positif parsial seperti nitrogen pada gugus nitro.
Ini karena penyumbang resonansi, seperti
Semua
gugus yang serupa itu akan menjadi pengarah meta karena alasan yang sama
seperti gugus nitro yang bersifat meta, untuk menghindari adanya dua muatan
positif yang bersebelahan dalam ion benzenonium intermedietnya. Dapat
disimpulkan semua gugus dengan atom yang langsung melekat pada cincin aromatik
bermuatan positif atau merupakan bagian dari ikatan majemuk dengan unsure yang
lebih elektronegatif ialah pengarah meta.
1.2 Efek Substituen Pada Reaktivitas.
Substituen
tidak saja mempengaruhi posisi substitusi, tetapi juga mempengaruhi laju
substitusi, yaitu apakah akan berlangsung lebih lambat atau lebih cepat
dibandingkan benzena. Suatu substituen dianggap sebagai pengaktif (activating)
jika lajunya lebih cepat dan pendeaktif (deactivating) jika lajunya lebih
lambat.
Dalam
semua gugus pengarah meta, atom yang berhubungan dengan cincin membawa muatan
positif penuh atau parsial dan dengan demikian akan menarik elektron dari
cincin. Semua pengarah meta dengan demikian juga merupakan gugus pendeaktif
cincin. Sebaliknya, gugus pengarah oto para pada umumnya memasok elektron ke
cincin dan dengan demikian merupakan pengaktif cincin. Akan halnya halogen (F,
Cl, Br, dan I), kedua efek yang berlawanan ini, mengakibatkan pengecualian
penting pada aturan tersebut. Karena bersifat sebagai penarik elektron kuat,
halogen merupakan pendeaktif cincin, namun karena adanya pasangan elektron
bebas, maka halogen adalah pengarah orto para.
saya ingin menambahkan tentang hibridisasi nitrogen
BalasHapuselektronegatifitas nitrogen jauh lebih tinggi dibanding dengan anggota-anggota lainnya dalam golongannya. Akibatnya, sifat polaritas ikatan dalam senyawa nitrogen sering berlawanan dengan sifat polaritas ikatan dalam senyawa anggota lainnya.
terimakasih udah mampir ke blog saya :)
Hapushmm, benar yang anda ungkapkan , sebelumnya terimaksih ini melengkapi dari kekurangan materi dari postingan dalam blog ini , terimakasih
assalamu'alaikum wr.wb. saya frandi mardiansya, saya ingin bertanya mengenai blog anda di atas. menurut anda dari ketiga unsur yang di hibridisasi diatas, apakah semakin bertambah nomor atom proses hibridisasinya semakin sulit atau tidak?
BalasHapuswaalaikumsalam,
Hapusmenurut saya tidak tergantung pada konfigurasi elektronnya, dan elektron valensi pada akhir dari konfigurasi elektron. Hibridisasi tidak hanya menyangkut tingkat energi, tetapi juga bentuk orbital gambar. Berdasarkan teori Hibridisasi, sebagai contoh C dengan 4 orbital hibrida sp3 (peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp), dapat membentuk 4 ikatan kovalen yang equivalen. Jadi, hibridisasi adalah peleburan orbital-orbital dari tingkat energi yang berbeda menjadi orbital-orbital yang setingkat.
Selamat malam saya mau tanya kenapa untuk atom oksigen tidak ada orbital hibrid SPnya. Dan alasannya apa?
BalasHapus