Senin, 19 September 2016
Senin, 12 September 2016
HIBRIDISASI ATOM KARBON, NITROGEN DAN OKSIGEN & GUGUS PENGARAH ORTO, PARA, DAN GUGUS PENGARAH META
HIBRIDISASI ATOM KARBON, NITROGEN DAN
OKSIGEN
I. ATOM KARBON
a. Hibridisasi sp3
Atom larbon memiliki dua orbital (2s dan
2p) untuk membentuk ikatan, artinya jika bereaksi dengan hidrogen maka
akan terbentuk dua ikatan C-H. Faktanya, atom karbon membentuk empat ikatan C-H
dan menghasilkan molekul metana dengan bentuk bangun ruang tetrahedron. Linus Pauling (1931)
menjelaskan secara matematis bagaimana orbital s dan tiga orbital p
berkombinasi atau terhibridisasi
membentuk empat orbital atom yang ekuivalen dengan bentuk tetrahedral.
Orbital yang berbentuk tetrahedral disebut dengan hibridisasi sp3. Angka tiga
menyatakan berapa banyak tipe orbital atom yang berkombinasi, bukan menyatakan
jumlah elektron yang mengisi orbital.
Atom karbon memiliki konfigurasi ground-state
1s2 2s2 2px1 2py1. pada kulit terluar terdapat
dua elektron dalam orbital 2s, dan dua elektron tak perpasangan dalam orbital 2p:
Pada posisi tereksitasi, karbon memiliki empat
elektron tak berpasangan dan dapat membentuk empat ikatan dengan hidrogen.
b. Hibridisasi
sp2
Hibridisasi sp2 terjadi jika satu elektron
tereksitasi ke orbital p. Akibatnya, atom karbon yang terhibridisasi sp2 hanya dapat membentuk tiga ikatan sigma
dan satu ikatan pi. Ikatan pi terjadi sebagai akibat dari tumpang tindih
elektron pada orbital 2p-2p.
Dua
atom karbon sp2 dapat saling membentuk ikatan yang kuat, mereka membentuk
ikatan sigma melalui overlap orbital sp2-sp2. Kombinasi ikatan sigma sp2-sp2 dan
ikatan pi 2p-2p menghasilkan
bentuk ikatan rangkap karbon-karbon. Bentuk bangun ruang dari ikatan atom
karbon yang terhibridisasi sp2 adalah trigonal planar.
c. Hibridisasi sp
Atom
karbon memiliki kemampuan membentuk tiga macam ikatan, yaitu ikatan tunggal,
rangkap dua dan rangkap tiga. Di samping dapat berkombinasi dengan dua atau
tiga orbital p, hibrida orbital 2s
juga dapat berkombinasi dengan satu orbital p.
Orbital
sp memiliki bangun ruang linear dengan sudut ikatan HC- C sebesar 1800 yang
telah terverifikasi dari hasil eksperimental. Panjang ikatan hidrogen-karbon sebesar
1.06A dan panjang ikatan karbon-karbon adalah 1.20 A.
II.
ATOM
NITROGEN
a. Hibridisasi sp3
Ikatan kovalen tidak hanya terbentuk dalam senyawa karbon, tetapi
juga dapat dibentuk oleh atom-atrom lain. Semua ikatan kovalen yang dibentuk
oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan dengan orbital hibrida.
Secara prinsip, pembentukan hibrida sama dengan pada atom karbon. Atom
nitrogmemiliki konfigurasi ground-state: 1s2
2s2 2px1 2py1 2pz1, dan memungkinkan atom nitrogen berikatan dengan tiga atom
hidrogen. Pada hibridisasi sp3, satu orbital sp3 diisi
oleh dua elektron dan tiga orbital sp3 diisi masingmasing satu elektron.
Nitrogen
memiliki tiga elektron tak berpasangan pada orbital hibrid sp3, ketika satu
elektron dalam orbital hibrida tersebut tereksitasi ke orbital p maka terbentuk
hibrida baru, yaitu sp2.
b. Hibridisasi sp2
Nitrogen
memiliki tiga elektron tak berpasangan pada orbital hibrid sp3, ketika satu
elektron dalam orbital hibrida tersebut tereksitasi ke orbital p maka terbentuk
hibrida baru, yaitu sp2. Elektron pada orbital p digunakan untuk membentuk
ikatan pi. Jadi, atom nitrogen yang terhibridisasi sp2 memiliki satu ikatan pi
yang digunakan untuk membentuk ikatan rangkap dua, mirip dengan molekul etena.
c.
Hibridisasi
sp
Apabila
elektron yang tereksitasi ke orbital p ada dua maka nitrogen memiliki kemampuan
membentuk dua ikatan pi atau satu ikatan rangkap tiga (hibridisasi sp).
III. ATOM OKSIGEN
a.
Hidrolisis
sp3
Elektron
pada ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi: 1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1,
dan oksigen merupakan atom divalen. Dengan melihat konfigurasi elektronnya,
dapat diprediksi bahwa oksigen mampu membentuk dua ikatan sigma karena pada
kulit terluarnya terdapat dua elektron tak berpasangan (2py dan 2pz).
b. Hidrolisis sp2
Oksigen
juga dapat terhibridisasi sp2, yaitu dengan mempromosikan satu elektronnya ke
orbital p. Dalam kondisi ini, oksigen hanya memiliki satu ikatan sigma, tetapi juga
memilki satu ikatan pi. Contoh molekul yang memiliki atom oksigen
terhibridisasi sp2 adalah pada senyawa-senyawa karbonil.
GUGUS PENGARAH ORTO, PARA, DAN GUGUS PENGARAH META
1.1 Tempat Substitusi
Suatu
benzena yang sudah tersubstitusi dapat mengalami substitusi kedua dan
menghasilkan disubstitusi benzena. Struktur dari substitusi pertama menentukan
tempat dari substitusi kedua dalam cincin benzena. Misalnya, suatu gugus metil
dalam cincin mengarahkan substitusi yang kan datang terutama ke tempat orto dan
para. Sedangkan suatu gugus nitro dalam cincin benzena mengarahkan substitusi
kedua yang akan datang terutama ke tempat meta. Sifat-sifat fisik dan
reaktivitas cincin benzena sangat dipengaruhi oleh apakah substituen mengurangi
atau menambah kerapatan elektron pada cincin. Mengingat bahwa cicnin aromatik
mempunyai awan elektron di atas dan di bawah bidang cincin dan
elektron-elektron inilah yang mudah diserang oleh elektrofil. Bila sebuah gugus
penarik elektron ditempatkan pada cincin, benzena yang relatif nonpoalar akan
elektronegatif.
Perubahan
ini kemudian mengubah sifat-sifat fisik senyawa, misalnya titik cair dan titik
didih. Setiap gugus yang terikat pada cincin akan mempengaruhi reaktivitas
cincin serta menentukan orientasi substitusi. Bila suatu pereaksi elektrofilik
menyerang cincin aromatik, gugus yang telah terikat pada cincinlah yang akan
menentukan dimana dan bagaimana penyerapan tersebut berlangsung. Substituen
yang sudah ada pada cincin aromatik menentukan posisi yang diambil oleh
substituen baru. Contohnya, nitrasi pada toluena terutama menghasilkan campuran
orto- dan para-nitrotoluena.
TUGAS TERSTRUKTUR I
Tugas tatap muka ke 2 dan ke 3.
1.
Menurut Louis de
Broglie bahwa elektron mempunyai sifat gelombang sekaligusjuga partikel.
Jelaskan keterkaitannya dengan teori mekanika kuantum dan Teori Orbital Molekul.
2.
Bila
absorpsi sinar UV oleh iakatn rangkap menghasilkan promosi
elektron ke orbital yang berenergi lebih tinggi. Transisi elektron manakah
memerlukan energi terkecil bila sikloheksena berpindah ke tingkat tereksitasi
Jawab :
1.
Elektron
bersifat dualisme yang artinya elektron memiliki sifat sebagai partikel dan
gelombang. Pernyataan ini didasarkan pada eksperimen difraksi berkas elektron
yang dikemukakan oleh Louis de Broglie. Sifat partikel dan gelombang suatu materi ini
tidak tampak sekaligus,sifat yang tampak
jelas hal ini bergantung pada
perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan dimensinya serta dimensi
sesuatu yang berinteraksi dengannya. Dalam kehidupan nyata asas de Broglie ini
bisa di lihat pada momentum petir dan kilat. Dimana kilat akan terjadi terlebih
dahulu kemudian akan terdengar sura petir. Dari
peristiwa tersebut dapat diketahui bahwa kilat merupak sifat gelombang berwujud cahaya sedangkan petir
merupakan sifat partikel yang berupa suara.
Peristiwa tersebut menjadi salah satu fakta yang mendukung konsep De Broghlie. Hal inilah yang menjadi
dasar dari teori mekanika kuantum yang merupakan teori atom modern yang saat
ini digunakan. Teori mekanika kuantum ini dikemukakan oleh Erwin Schrodinger, selain
itu ada pula seorang ahli fiska jerman Werner
Heseinberg ,dimana dia menyatakan bahwa “elektron tidak dapat
ditentukan keberadaannya secara pasti “. Keberadaan elektron hanya
merupakan kebolehjadian menemukan
elektron pada suatu area tertentu. Bisa saja elektron bergerak dari kulit satu
ke kekulit terakhir. Hal ini disebabkan
tidak mungkin dapat ditentukan posisi sekaligus momentum dari suatu benda
bergerak. Dari pernyataan yang
diungkapkan oleh Heseinberg ini muncul prinsip ketidakpastian , dimana prinsip
tersebut menunjukkan keterbatasan pengetahuan manusia.
Berdasarkan hipotesis De Broghlie dan Heseinberg sifat atom dalam hal ini
dapat dijelaskan dengan lebih baik berdasarkan sifat gelombangnya. Scrodinger
mengungkapkan melalui persamaan fungsi gelombang bahwa kebolehjadian menemukan
elektron pada area tertentu dikenal dengan konsep orbital yaitu area dimana
elektron berpeluang besar ditemukan. Menurut persamaan fungsi gelombang ,
distribusi elektron dalam orbital dapat ditentukan melalui 3 bilangan kuantum
yaitu :
a.
Bilangan
kuantum utama (n = nomor lintasan elektron/kulit )
b.
Bilangan
kuantum azimuth (l = menunjukkan sub-lintasan/ sub- kulit)
c.
Bilangan
kuantum magnetic (m = harga orbital).
Dalam teori mekanika kuantum , posisi electron
tidak dipastikan. Hal yang dapat dikatakan tentang posisi electron adalah
peluang menemukan electron pada setiap titik dalam ruang disekitar inti.
Seperti telah disebutkan bahwa peluang tersebut ditentukan oleh kuadrat fungsi
gelombangnya. Istilah untuk menyatakan peluang menemukan electron adalah Densitas Elektron . Daerah dengan
peluang besar menemukan electron bararti mempunyai densitas electron yang
tinggi dan sebaliknya.
2. Adanya perpindahan elektron dalam atom atau
molekul ke tingkat energi yang lebih tinggi merupakan akibat dari antaraksi
antara materi dengan sinar elektromagnetik. Besarnya perpindahan elektron sama
dengan energi radiasi yang berineraksi dengan molekul. Eksitasi elektron
ketingkat energi yang lebih tinggi tergantung pada senyawa penyerapnya
(kromofor penyerap). Eksitasi elektron dari tingkat energi dasar ketingkat
ketingkat energi yang lebih tinggi melelui dua tahap, yaitu Absorpsi dan
Relaksasi. Serapan pada daerah ultraviolet mengakibatkan eksitasi elektron
ikatan.Ikatan-ikatan yang ada dalam spesies dapat dihubungkan dengan puncak
absobsi atau panjang gelombang maksimum.
Zat pengabsorbsi terjadi pada
molekul-molekul organik dan sedikit anion anorganik. Senyawa tersebut memiliki
elektron valensi yang dapat dieksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi
sehingga senyawa ini dapat menyerap cahaya yang dipancarkan. nergi yang
dimiliki sinar UV mampu menyebabkan perpindahan elektron (promosi elektron)
atau yang disebut transisi elektronik. Transisi elektronik dapat diartikan
sebagai perpindahan elektron dari satu orbital ke orbital yang lain. Disebut
transisi elektronik karena elektron yang menempati satu orbital dengan energi terendah dapat berpindah ke
orbital lain yang memiliki energi lebih
tinggi jika menyerap energi, Begitupun sebaliknya elektron dapat berpindah
dari orbital yang memiliki energi lebih rendah jika melepaskan energi. Energi yang diterima atau diserap berupa
radiasi elektromagnetik.
Dalam satu molekul terdapat dua jenis orbital yakni Orbital Ikatan
(bonding orbital) dan Orbital Anti-ikatan (antibonding orbital). Orbital
ikatan di bagi menjadi beberapa jenis yakni orbital ikatan sigma (σ, = ikatan
tunggal) dan orbital phi (π, = ikatan rangkap), sedangkan orbital nonikatan
berupa elektron bebas yang biasanya dilambangkan dengan n. Orbital nonikatan umumnya terdapat pada molekul-molekul yang mengandung
atom nitrogen, oksigen, sulfur dan halogen.
Orbital ikatan sigam (σ) dan orbital phi (π) terbentuk karena terjadinya
tumpang tindih dua orbital atom atau orbital-orbital hibrida. Dari dua orbital
atom dapat dibentuk dua orbital molekul yakni orbital ikatan dan orbital anti
ikatan.
Dengan demikian jika suatu molekul mempunyai orbital ikatan maka molekul
tersebut mempunyai orbital anti ikatan. Orbital anti-ikatan biasanya diberi
notasi atau tanda asterisk atau bintang (*) pada setiap orbital yang sesuai.
Orbital ikatan α orbital anti-ikatannya adalah α*, sedangkan orbital ikatan π
orbital anti-ikatannya adalah π*.
Transisi elektronik atau perpindahan elektron dapat terjadi dari orbital
ikatan ke orbital anti-ikatan atau dari orbital non-ikatan (nonbonding orbital)
ke orbital anti-ikatan. Terjadinya transisi elektronik atau promosi elektron
dari orbital ikatan ke orbital antiikatan tidak menyebabkan terjadinya
disosiasi atau pemutusan ikatan, karena transisi elektronik terjadi dengan
kecepatan yang jauh lebih tinggi dari pada vibrasi inti.
Pada transisi elektronik inti-inti atom dapat dianggap berada pada
posisi yang tepat. Hal ini dikenal dengan prinsip Franck-Condon. Disamping itu
dalam proses transisi ini tidak semua elektron ikatan terpromosikan ke orbital
antiikatan.
Berdasarkan jenis orbital tersebut maka, jenis-jenis transisi elektronik
dibedakan menjadi empat macam, yakni:
1) Transisi σ → σ*
2) Transisi π → π*
3) Transisi n → π*
4) Transisi n → σ*
Keterangan· σ : senyawa-senyawa yang memiliki ikatan tunggal
· π : senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap
· n menyatakan orbital non-ikatan: untuk senyawa-senyawa yang memiliki
elektron bebas.
· σ* dan π* merupakan orbital yang kosong (tanpa elektron), orbital ini
akan terisi elektron ketika telah atau bila terjadi eksitasi elektron atau
perpindahan elektron atau promosi elektron dari orbital ikatan.
Energi yang diperlukan untuk menyebabkan terjadinya transisi berbeda
antara transisi satu dengan transisi yang lain. Transisi σ ke σ* memerlukan
energi paling besar, sedangkan energi terkecil diperlukan untuk transisi dari n
ke π.
Untuk memberikan gambaran dan memudahkan pemahaman tentang jenis
transisi beserta perbandingan energi yang diperlukan dapat dilihat pada gambar
berikut:
Langganan:
Postingan (Atom)